Ancaman gempa itu akan datang dari sebuah tekanan yang berlangsung tanpa henti selama lebih dari dua abad di paparan Sunda. Wilayah itu merupakan salah satu zona gempa bumi yang paling merusak. Bagian yang terancam adalah Kepulauan Mentawai dituliskan secara terbuka dalam artikel tersebut.
Ancaman berupa gempa bumi sangat dahsyat dengan kekuatan lebih dari 8,5 SR disusul tsunami bisa terjadi di patahan Mentawai. Ada kemungkinan potensi bencana itu bisa menelan korban lebih banyak dari skala tsunami lautan Hindia pada 2004.
Tulisan itu tidak memberikan secara pasti kapan berlangsungnya gempa. Tetapi secara khusus memberi peringatan pada kota Padang, yang berada dalam kawasan berisiko tinggi.
Penulis hasil riset ini dipimpin Profesor John McCloskey dari Institut Riset Sains Lingkungan Universitas Ulster Irlandia Utara. Tim itu menyatakan ancaman itu butuh aksi mitigasi segera mengingat potensinya yang sangat tinggi.
Pada bencana 26 Desember 2004 ketika gempa berskala 9,3 skala richter mengguncang Indonesia, lebih dari 220 ribu orang kehilangan nyawa. Gempa itu berlangsung di sisi utara paparan Sunda, meretakkan batas di mana lempeng Australia menabrak kerak bumi ke arah bawah lempeng Eurasia.
Pada aret 2005, McCloskey memperingatkan bahwa akan ada gempa yang bertekanan besar bergabung dengan patahan di selatan. Dia mengumumkan ada sebuah gerakan gelombang sebesar 8,5 dengan kapasitas menimbulkan tsunami berbahaya.
McCloskey membuktikan kebenaran perkataannya. Pada 28 Maret 2005, gempa sebesar 8,6 SR mengguncang Pulau Simeulue, menghasilkan tsunami setinggi tiga meter.
Dalam tulisannya di Jurnal Nature Geoscience, timnya menjelaskan perhitungan tentang bagian Mentawai yang rentan, setelah gempa sebesar 7,6 SR mengguncang Padang pada 30 September 2009.
Ilmuwan Singapura yang tergabung dalam Earth Observatory juga memprediksikan potensi gempa berkekuatan 8,6 SR di Kepulauan Mentawai atau tepatnya di bawah Pulau Siberut. Gempa yang diramalkan terjadi dalam 10 tahun mendatang ini, bisa menghasilkan tsunami besar.
Ilmuwan mengusulkan pemerintah RI dibantu komunitas internasional dan organisasi non-pemerintah (LSM) memastikan telah melakukan usaha pencegahan. Pihak berwenang didesak untuk mempersiapkan langkah, karena gempa bumi akan menimpa lagi di periode berikutnya.
Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Jan Sopaheluwakan mengatakan walaupun memang ada potensi gempa bumi dan tsunami di pantai barat Sumatra tapi masyarakat tidak perlu terlalu khawatir.
“Para ahli geologi di Indonesia sudah mengetahuinya sejak awal dan sudah melakukan koordinasi dengan pemda di Sumatera untuk menanggulangi hal tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan LIPI, BMKG dan pemerintah daerah sudah mempersiapkan segala sesuatunya baik alat, infrastruktur, dana dan waktu. Daerah-daerah yang berpotensi besar, telah ditangani terutama pantai barat Sumatera Barat dan Bengkulu.
Jan Sopaheluwakan mengatakan ilmuwan barat senang mencari sensasi. Padahal ilmuwan di Indonesia sudah mengetahui potensi gempa dan tsunami besar yang senantiasa mengancam negeri kita.
"Tetapi tidak perlu menakuti-nakuti masyarakat, seorang ilmuwan itu sudah seharusnya mengayomi dan memberikan perasaan tenang kepada masyarakat," tegas Jan Sopaheluwakan.
“Ilmuwan barat juga tidak mengetahui waktu terjadinya toh, hanya gejala dan ancaman titik lokasi, teknologi Indonesia pun punya. Kita sudah mempersiapkan segala dampaknya jika memang benar terjadi. Jadi masyarakat tenang saja,” timpalnya. [mor] Syamsudin Prasetyo
0 Komentar:
Posting Komentar