Kenapa Makan Kambing Bikin Tensi Naik?
Enam Fakta Baru Tentang Kolesterol
Acer Puji Windows 7
Plastik Ramah Lingkungan Segera Hadir
Analisa Statistik Buktikan Hobbit Spesies Manusia Baru
Mesin "Big Bang" Selidiki Misteri Alam Semesta
INILAH.COM, Jakarta - Peneliti telah menemukan ribuan spesies yang belum pernah diketahui sebelumnya. Binatang ini hidup dari belerang dan metana atau memecah minyak.
Sebanyak 17.650 spesies yang menakjubkan berhasil diungkap. Penemuan makhluk aneh itu melalui kamera yang diderek jauh di dasar laut, sonar dan teknologi lainnya.
Makhluk aneh itu terdiri dari kepiting hingga udang cacing yang hidup di dunia dingin dan gelap, 5 km di bawah ombak laut.
Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini beradaptasi dari makanan dari kotoran yang berasal dari lapisan atas yang diterangi matahari.
Sementara yang lain hidup dari belerang dan metana, atau bakteri yang memecah minyak, atau dari tulang-tulang paus yang mati tenggelam dan makanan tidak masuk akal lainnya.
Para ilmuwan telah menginventarisasi sekitar 17.650 spesies yang hidup lebih dalam dari 200 meter, di tepi kegelapan, di mana sinar matahari tidak lagi menembus. Jumlah ini termasuk 5.722 spesies di kedalaman 1.000 meter.
"Biasanya kedalaman laut dipandang sebagai sesuatu yang dianggap terlalu jauh, seperti sebuah lubang, padang pasir, gurun, tetapi apa yang kita temukan dalam pekerjaan kita adalah bahwa terdapat keragaman spesies yang luar biasa di sana, sering kali dengan adaptasi yang kita belum kita mengerti,” kata peneliti Robert Carney dari Louisiana State University, pemimpin bersama Continental Margin Ekosistem.[ito] photo by reuters
INILAH.COM, Jakarta- Bukti baru menyarankan Hobbit atau manusia kerdil yang ditemukan di pulau terpencil di Indonesia adalah spesies manusia baru, bukan sekedar kurcaci.
Debat mengenai makhluk yang memiliki nama ilmiah Homo Floresiensis terus berlangsung sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2003. Dengan tinggi badan yang hanya mencapai tiga kaki, makhluk tersebut hanya memiliki setengah ukuran otak manusia pada umumnya.
Banyak ilmuwan percaya bahwa makhluk tersebut bukan spesies yang terpisah. Namun dipercaya sebagai manusia periode awal yang terkena penyakit atau beradptasi terhadap kehidupan pulau 18 ribu tahun yang lalu.
Akan tetapi, penelitian menemukan tulang rahang dan tengkorak dari makhluk tersebut lebih kuat dari manusia. Hal ini memperkuat keberadaan mereka sebagai spesies yang terpisah dari manusia.
Peneliti juga menemukan jika mereka (hobbit) memiliki tulang panggul dan tulang kering yang lebih pendek. Keadaan fisik seperti itu membuat keraguan terhadap kemampuan mereka untuk bertahan di pulau, dan menampik teori kurcaci.
“Sangatlah sulit untuk percaya sebuah perubahan evolusi yang menuju ke arah pergerakan mundur,” kata Dr William Jungers dari Universitas Stony Brook, New York yang memimpin penelitian tersebut.
“Ini masuk akal jika spesies tersebut melakukan evolusi ulang terhadap tulang paha dan kakinya karena tungkai kaki belakang yang panjang akan meningkatkan cara berjalan.”
Peneliti tersebut juga berkeras jika hobbit bukan sebuah produk dari kesalahan medis yang disebut microcephaly.
“Usaha untuk menyangkal hobbit sebagai manusia patologi telah gagal membuktikan, karena diagnosa medis tentang sindrom kurcaci dan microcephaly tidak memiliki kesamaan dengan anatomi Homo Floresiensis,” kata Dr Karen Baab, salah satu penulis studi.
Penelitian ini diterbitkan di journal of Significance, majalah untuk Royal Statistical Society.[ito]
INILAH.COM, Jakarta- Sebuah studi mengatakan, mammoth atau gajah purba Amerika dan berang-berang raksasa tidak terbunuh oleh serangan meteor.
Justru hewan tersebut punah secara bertahap setelah jumlahnya berkurang selama 1.000 tahun.
Para ahli berpendapat bahwa dampak dari serangan tersebut dapat menyebabkan binatang tersebut punah sejak 15.000 tahun yang lalu.
Namun para peneliti di Universitas Wiscontin-Madison menggunakan fosil serbuk sari dan kotoran yang ditemukan untuk membuktikan mereka hilang secara bertahap.
Akan tetapi, para ilmuwan mengakui bahwa penelitian yang mereka lakukan tidak dapat menjelaskan tentang apa yang terjadi pada binatang buas tersebut. Hal ini telah menjadi misteri di dataran Amerika selama jutaan tahun yang lalu.
Penemuan ini dipublikasikan dalam terbitan journal of science.[ito] photo by Wikipedia
INILAH.COM, Jakarta- Masih ingat dengan ikan purba yang ditemukan di perairan Sulawesi beberapa waktu lalu? Kali ini peneliti kelautan Jepang, berhasil menemukan dan mendokumentasikannya sebagai film, sebuah Coelacanth yang masih kecil.
Ikan yang ditemukan pada 6 Oktober lalu di kedalaman 161 meter di semenajung Manado, Sulawesi utara itu merupakan Coelacanth pertama yang ditemukan Indoesia, menurut para peneliti.
Cuplikan video yang menunjukan ikan coelacanth sepanjang 31,5 centimeter dan berwarna biru bertutul putih, berenang perlahan di antara bebatuan palung laut selama 20 menit.
“Sejauh yang kami ketahui, ini merupakan video pertama yang ditampilkan dari seekor Coelacanth muda yang hidup dan menyimpan banyak sekali misteri,”Ujar Masamitsu Iwata, seorang peneliti di Aquamarine Fukushima, Iwaki.
Ilmuwan berharap penemuan tersebut akan menjadi titik terang bagi habitat dan kelangsungan hidup Coelacanth.
Para peneliti menggunakan sebuah benda yang digerakan dengan remote untuk memfilmkan Coelacanth yang baru lahir, Iwata mengatakan.
Ikan yang sama ditemukan berada di dalam perut induk Coelacanth, dan para peneliti percaya jika telur menetas di dalam perut.
Coelacanth sebelumnya dianggap sudah punah sebelum akhirnya ditemukan pada tahun 1938 di lepas pantai Afrika Selatan.[ito]
Gen yang Bikin Manusia Berumur 100 Tahun Diidentifikasi
Pamor Twitter Mulai Meredup
INILAH.COM, Jakarta- Para peneliti menemukan kerangka fosil yang diperkirakan menjadi rantai penghubung dengan dinosaurus pemakan tanaman paling awal Sauropoda.
Temuan ini ini bisa membantu untuk menjembatani kesenjangan evolusi antara nenek moyang dinosaurus raksasa yang berkaki dua dan berkaki empat, seperti Diplodocus.
Kerangka yang lengkap menunjukkan bahwa makhluk itu berdiri dengan dua kaki tapi kadang-kadang berjalan dengan empat kaki. Tim tersebut melaporkan penemuannya dalam jurnal Royal Society Proceedings B.
"Apa yang kita miliki adalah dinosaurus besar, berkaki pendek, dada bidang, berleher panjang, berkepala kecil," jelas Adam Yates, ilmuwan dari University of Witwatersrand, Johannesburg yang memimpin penelitian.
Kerangka tersebut ditemukan di sebuah situs di distrik Senekal, Afrika Selatan. Dr Andrea menjelaskan bahwa bentuk kaki dan rahang, serta ukurannya, memberikan makna yang lebih jauh.
Aardonyx celestae merupakan dinosaurus yang berat dan bergerak lambat. "Banyak fitur yang sama kita lihat di Sauropoda," kata Dr Andrea.
"Pendek, kaki lebar dan besar, usus yang luas, sehingga dengan jelas terlihat sebagai pemakan tumbuhan yang rakus."
"Tulang kakinya sangat kuat dan solid, sehingga beratnya tertumpu di bagian dalam kaki. Saat itu ia masih berkaki dua, tapi akan berevolusi jadi merangkak."[ito]
INILAH.COM, Jakarta - Berbagai film horor ternyata sukses di pasaranan. Mengapa manusia begitu menikmati sajian yang mengerikan, menjijikkan, dan mau membayar tontonan itu berkali-kali?.
Para ahli mengatakan film horor bukan hanya sebuah atraksi darah.
Orang menonton film horor belum tentu memperoleh kesenangan serupa saat menonton binatang yang disembelih di sebuah pabrik pengolahan daging.
Para peneliti mengatakan satu alasan adalah karena getaran panggilan dari perilaku mendasar terutama pada laki-laki, untuk menilai tingkat ancaman.
Tak heran jika penikmat film horor adalah remaja laki-laki berusia 15 hingga dewasa 45. tahun
"Orang-orang pergi menonton film horor karena mereka ingin menjadi takut," kata Jeffrey Goldstein, profesor psikologi sosial dan organisasional di University of Utrecht di Belanda.
Dia dan ilmuwan sosial lainnya menyatakan kita menonton film horor dengan alasan yang berbeda, menikmati naiknya adrenalin, merasa terganggu dari kehidupan duniawi, membalik norma-norma sosial, dan menikmati sesuatu yang mengerikan dari jarak yang aman.
Ahli syaraf New York University Joseph LeDoux telah memetakan neuron demi neuron menyangkut bagaimana sistem rasa takut di otak bekerja. Dia mengatakan otak manusia yang kompleks memiliki kapasitas besar untuk berpikir, penalaran, dan renungan, yang tidak bisa dilakukan oleh binatang.
Rasa takut bukan hanya reaksi biologis, tetapi emosi yang berasal dari faktor evolusi yang dalam. Sejauh ini, amigdala diyakini merespons terhadap rasa takut.
"Hal ini mungkin menjelaskan mengapa, emosi bisa terangsang, sangat sulit bagi kita untuk menonaktifkan," katanya.
“Jika kita menyukai hal semacam itu, maka mungkin menjelaskan mengapa kita begitu bersemangat untuk mengaktifkan kembali lagi perasaan itu,”.[ito]
Soal Durasi Kunjungan, Microsoft Kalahkan Facebook
2012, Ponsel Cerdas Kuasai Pasar
INILAH.COM, Jakarta - Teori evolusi Charles Darwin dapat memberikan petunjuk dalam upaya mencari kehidupan alien, kata seorang astrobiologist NASA.
Saat berbicara menandai ulang tahun ke 150 publikasi The Origin of Species, seorang ilmuwan NASA mengatakan bahwa evolusi Darwin akan menjadi kekuatan pendorong kehidupan di mana pun di alam semesta, dan kita harus menggunakan prediksi untuk memutuskan di mana mencarinya.
Dr John Baross, seorang peneliti di Institut Astrobiology NASA, mengatakan: "Saya benar-benar merasa bahwa evolusi Darwin adalah ciri khas untuk semua kehidupan.
"Dan batas evolusi Darwin akan menentukan rentang planet yang dapat mendukung kehidupan, setidaknya yang mirip bumi."
Berbicara sat kuliah umum di Ames Research Center NASA di Mountain View, California, Dr Baross mengatakan bahwa misi teleskop luar angkasa Kepler mencari planet -seperti Bumi mengelilingi bintang lain, membuat ini waktu yang menyenangkan untuk astrobiology - pencarian kehidupan asing .
Dia berkata: "Saya memperkirakan dalam lima hingga sepuluh tahun, kita akan membuat penemuan-penemuan yang akan mengarah pada teori dan ide-ide setidaknya sama mendalamnya seperti Darwin."
Dr Baross mengatakan bahwa mencari kehidupan asing selalu menggunakan bumi sebagai model. Sementara pemahaman kita tentang bagaimana kehidupan dimulai tidak lengkap.
Semua kehidupan di Bumi membutuhkan air, karbon organik berbasis molekul, dan sumber energi, baik matahari atau kimia. Tapi kehidupan asing mungkin tidak sepenuhnya mirip bumi.
Dr Baross berkata: "Aku ingin menunjukkan ada banyak cara yang berbeda untuk hidup tidak menggunakan cahaya atau energi kimia, tetapi menggunakan beberapa bentuk lain seperti energi radiasi, energi gelombang, atau energi ultraviolet." [ito]
Memori Otak Rusak Tanpa Disadari
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Banyak orang menganggap vegetarian tidak perlu menjadi tren. Bahkan, ada sebagian orang yang waswas jika vegetarian menjadi tren baru, justru akan membuat orang makin tidak sehat dan kurang gizi. Anggapan itu jelas amat lucu sekaligus memprihatinkan.
"Vegetarian menjadi tren, mengapa tidak? Menjadi vegetarian adalah pilihan, pilihan untuk memulai hidup sehat meski baru sebatas mengubah menu makan sehingga tak ada yang salah jika vegetarian menjadi tren," ujar Lusia Anggraini, dokter umum, yang juga staf ahli Indonesia Vegetarian Society (IVS) Yogyakarta.
Dengan kata lain, vegetarian justru semestinya mulai menjadi tren. Pakar pangan tradisional yang juga pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Murdijati Gardjito, beberapa waktu lalu, menyebut bahwa di negara negara maju, vegetarian sudah menjadi tren.
Lusia melanjutkan, banyak alasan mengapa vegetarian, atau sebisa mungkin jauh mengurangi konsumsi daging, mesti dijalankan. Alasannya dari sisi kesehatan, penghematan energi dan uang, hingga mengurangi dampak pemanasan global.
"Mengapa tidak mempermasalahkan mengapa rokok terus menjadi tren? Rokok kan berbahaya juga bagi kesehatan. Aneh dan tak masuk akal kan jika vegetarian jangan sampai menjadi tren, tapi rokok dibiarkan terus menjadi tren," kata Lusia.
Ketua Operasional IVS yang juga ahli nutrisi, Susianto, berpendapat senada. "Saya yakin, mereka yang belum menyadari bahaya daging, termasuk ikan, tak pernah mencari informasi lewat internet. Atau, mereka sudah tahu, tapi memang sudah sulit meninggalkan budaya makan daging. Ada juga yang mengaitkan vegetarian dengan ajaran agama tertentu, nah yang ini jelas terlihat pemikiran orang yang sempit," kata Susianto.
Lusia memaparkan, keengganan orang melihat sisi positif vegetarian adalah karena tempat penjagalan hewan sengaja diletakkan di tempat yang tertutup dan tak mudah terlihat dari permukiman. Ini membuat orang pelan-pelan "dibunuh" rasa perikemanusiaannya karena tak perlu melihat penderitaan hewan kala disembelih, dan tak perlu berpikir.