Ikan Asin Dapat Memicu Kanker Nasofaring

Kanker masih menjadi salah satu ancaman penyakit di Indonesia dan dunia umumnya. Salah satu kanker yang sering terjadi di Indonesia adalah kanker nasofaring. Kanker yang terjadi pada bagian sekitar kerongkongan dan belakang hidung.Di Indonesia, angka kejadiannya meningkat dalam kurun 20 tahun terakhir. Pada tahun 1999 diketahui, kanker ini menyerang 15 orang dari 100 ribu penduduk Indonesia. Hal ini menjadikan kanker paling sering terjadi setelah kanker serviks, kanker payudara dan kanker paru.

Angka kejadian yang cukup tinggi berkaitan dalam banyak hal yaitu :

Faktor Virus.

Virus yang bernama Epstein Barr Virus (EBV), menurut penelitian bahwa, lebih dari 90 persen orang pada negara berkembang memiliki virus jenis ini dalam tubuh yaitu pada mukosa nasofaring. Virus ini sifatnya dormant (tidak aktif) dan hanya diam saja dan tidak menyebabkan suatu penyakit. Hanya saja tidak selamanya virus ini bersifat dormant, pada kondisi tertentu bisa menjadi aktif bila ada pemicu aktifnya virus tersebut.

Bahan Kimia Pengawet.

Aktifnya EBV bisa dipicu dalam beberapa hal yaitu bahan kimia, salah satunya nitrosamin. Bahan ini banyak terdapat pada makanan yang diawetkan, baik dengan cara diasinkan maupun menggunakan sinar ultraviolet. Contohnya, ikan asin. Seperti kejadian di China, ternyata kelompok orang yang mengalami kanker nasofaring adalah mereka yang sejak kecil diberi makan bubuk ikan asin. Sebaiknya dibatasi mengonsumsi ikan asin.

Panas dan Pedas.

Hal yang berpengaruh adalah cara makan. Di China, angka kejadiannya menempati urutan pertama. Setelah diteliti, hal ini berkaitan dengan cara makan, yaitu kebiasaan mengonsumsi makanan yang pedas maupun minuman yang panas. Hal ini bisa memicu radang pada daerah nasofaring. Jika sampai terjadi nasofaring kronik (radang dengan waktu lama pada nasofaring), dapat mengaktivasi EBV.

Bahan Karsinogen.

Seperti kanker-kanker lain, kanker ini juga bisa dipicu oleh bahan-bahan karsinogenik, seperti insektisida dan asap rokok. Jadi rokok tidak hanya beresiko untuk paru-paru, tapi juga dapat barakibat pada nasofaring.

Faktor Genetik.

Orang-orang dari ras mongoloid seperti halnya China dan Indonesia, memiliki resiko lebih tinggi terhadap kanker nasofaring.

Kanker ini sering menjadi penyebab kematian, karena biasanya diketahui dalam keadaan lanjut. Pada kondisi dini, kanker ini jarang memberikan gejala yang nyata. Gejala kejadiannya seperti terjadi epistaksis (mimisan) berulang-ulang, telinga berdenging, pendengaran berkurang dan nyeri telinga. Biasanya sering dianggap remeh atas gejala tersebut. Karena itu, lebih baik mencegah sedini mungkin.

0 Komentar:

Posting Komentar