Selasa, 09 Februari 2010

Hacker, Berawal dari Pemberontakan

INILAH DUNIA KAMI…Dunia elektron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat. Karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar, padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus.
Kami kalian sebut penjahat karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat karena kami mengejar ilmu pengetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama. Tapi bagi kalian kami penjahat. Kami adalah penjahat. Sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami. Ya, aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingintahuanku.
Kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkataan dan pemikiran mereka, dan bukan berdasarkan penampilan mereka. Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian, sebuah dosa yang tak bisa kalian ampuni. Aku adalah hacker, dan inilah manifestoku. Kau bisa menghentikan satu. Tapi kau tak akan bisa menghentikan semuanya. Bagaimanapun juga, kami semua sama."
Itu merupakan ideologi hacker yang dirumuskan Loyd Blankenship yang dikenal dengan The Mentor. Ideologi itu tertuang dalam The Conscience of a Hacker (Hacker Manifesto).
Tak bisa dipungkiri, hacker menjadi fenomena di abad teknologi. Namun, hacker juga memiliki citra buruk karena dianggap penjahat. Kasus paling menghebohkan adalah pada April 2009. Hacker berhasil membobol Pentagon dan mengambil data yang sangat penting. Data tersebut dipublikasikan pada media terkemuka, Wall Street Journal. Harian tersebut merilis data sistem proyek pesawat tempur termahal Pentagon senilai USD300 miliar yang dibobol hacker itu. Proyek pesawat generasi kelima tersebut adalah Joint Strike Fighter atau yang juga dikenal dengan nama F-35 Lightning II Fighter. Wall Street Journal melaporkan bahwa para peretas komputer tersebut telah dapat meraup data mengenai desain dan sistem elektronik pesawat tersebut.
Namun, para hacker ini gagal mencuri materi yang paling sensitif. Data paling penting tersebut disimpan rapat dalam komputer yang tidak terkoneksi dengan internet. Para hacker menyerang melalui celah keamanan dalam jaringan beberapa kontraktor yang turut membangun pesawat jet canggih itu yakni Lockheed Martin Corp, Northrop Grumman Corp, dan BAE Systems PLC. Tokoh hacker yang paling mengguncang dunia adalah Gary Mc-Kinnon. McKinnon terseret ke meja hijau setelah pada 2001 dan 2002 dituduh telah membobol sistem komputer Pentagon dan Badan Antariksa AS (NASA).
Namun, McKinnon mengaku bahwa dia melakukan hal itu bukan untuk merusak atau mengobrak-abrik sistem komputer Pemerintah AS. Berdasarkan pengakuannya, dia membobol sistem komputer NASA dan Pentagon itu hanya untuk mencari informasi-informasi rahasia tentang keberadaan makhluk luar angkasa atau biasa disebut extraterrestrial (ET) dan UFO. Akibat ulahnya itu, kini dia terancam hukuman 60 tahun penjara. Pemerintah AS menyebut Mc-Kinnon bertanggung jawab atas tindakan hacking terbesar dalam sejarah, termasuk masuk ke jaringan komputer lembaga angkatan laut AS dan NASA. McKinnon menyatakan dirinya hanya menjadi contoh dan peneliti untuk menangkal para hacker yang mencoba menyusup sistem komputer AS.
Sementara pada Maret 2009, seorang pria asal Rumania bernama Eduard Lucian Mandru diciduk polisi karena membobol sistem jaringan Pentagon. Pria yang sehari-hari kuliah fakultas ekonomi itu memang handal dalam mengoperasikan komputer dan Linux. Dia menyebut dirinya sebagai Wolfenstein dan mampu menembus keamanan jaringan Pentagon pada 2006. Mandru berhasil diendus keberadaannya dan ditangkap setelah mengirimkan alamat e-mail-nya saat mengirimkan lamaran pekerjaan. Dari situ, penyamarannya dideteksi. McKinnon dan Mandru merupakan contoh kecil para pembobol Pentagon.
The Washington Post pernah melaporkan bahwa pada 1998 dalam satu tahun situs keamanan milik Pentagon telah 250.000 kali diacak-acak para hacker nakal. Ada juga beberapa mantan hacker justru menjadi konsultan keamanan di perusahaan swasta atau di institusi pemerintah. Ini membuktikan bahwa untuk menangkal hacker, harus menggunakan hacker. Dengan demikian, aksi para hacker pun akan semakin sempit.
Pada Maret 2009, Owen Thor Walker, hacker asal Selandia Baru, dipekerjakan sebagai konsultan keamanan cyber oleh TelstraClear, perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di negaranya. Padahal pada 2008, Walker digugat atas kesuksesannya menembus data 1,3 juta komputer di seluruh dunia. (srn) OKEZONE.COM

0 Komentar:

Posting Komentar